Peran Kertas di Era Modern
Perkembangan material selalu berkorespondensi dengan perkembangan peradaban manusia. Semakin maju peradaban manusia, semakin inovatif manusia dalam mengolah dan memanfaatkan material. Material menjadi kebutuhan pokok manusia dan menjadi penghubung ilmu pengetahuan dari generasi terdahulu ke generasi berikutnya. Salah satu material yang memiliki peranan penting dalam kemajuan peradaban manusia adalah kertas. Melalui kertas, semua cerita tentang sejarah kehidupan manusia di masa lampau hingga kumpulan temuan-temuan para ilmuwan terdahulu dari berbagai belahan dunia tertuang semua dalam buku-buku yang kini berjejer rapi di setiap perpustakaan dan bisa diwariskan kepada anak cucu kita. Tentu saja sejarah kertas tidak sesederhana bentuk dan penampilannya. Ada cerita yang panjang dibalik lembaran kertas yang biasa kita gunakan untuk menulis, alat jual beli, bungkus makanan, dan mencetak foto bahkan mungkin suatu saat nanti bisa kita gunakan untuk kebutuhan lain yang lebih modern.
Ada yang menyebutkan bahwa asal mula penggunaan kertas itu dari bangsa Mesir. Orang-orang Mesir pada saat itu menggunakan papirus sebagai bahan baku kertas. Di sisi lain, ada juga yang menyebutkan bahwa penggunaan kertas dipelopori oleh bangsa Cina. Pada saat itu, Tsai Lun, seorang tionghoa yang hidup pada zaman dinasti Han (abad 1–2 Masehi ), membuat sebuah kertas dari kulit kayu murbei. Temuannya itu membuat Tsai Lun menjadi salah satu dari 7 orang yang paling berpengaruh di dunia. Di Indonesia sendiri penggunaan kertas mulai populer di Ponorogo sekitar abad ke-7. Bangsa Indonesia pada saat itu membuat kertas dari kulit kayu sebagai media untuk menulis dan mempelajari ilmu agama. Setelah itu mulai berkembanglah pabrik-pabrik pembuatan kertas. Diawali pada tahun 1210, misalnya, didirikan pabrik kertas pertama di Genoa. Kemudian, pada tahun 1390 didirikan juga pabrik kertas di Numberg yang masih bising dan berbau. Jumlah pabrik kertas (di jerman) pun bertambah banyak hingga 250 pada tahun 1575 dan bertambah lagi menjadi 1000 pada tahun 1775. Kemudian muncullah ide cemerlang dari Charles Fenerty pada tahun 1844 untuk membuat kertas benar-benar berwarna putih seperti kertas-kertas yang sering kita gunakan untuk menulis. Tidak hanya berwarna putih saja, saat ini Xerox, salah satu perusahaan fotokopi pertama yang didirikan di dunia dan berada di Amerika Serikat, sedang mengebangkan errasable paper, kertas yang dapat menjadi putih dan bersih kembali seperti sedia kala setelah digunakan. Errasable paper dapat digunakan kembali sehingga dapat menghemat penggunaan kertas. Bayangkan, perlu waktu berabad-abad untuk mendapatkan lembaran kertas yang biasa kita jumpai saat ini.
Ada yang menyebutkan bahwa asal mula penggunaan kertas itu dari bangsa Mesir. Orang-orang Mesir pada saat itu menggunakan papirus sebagai bahan baku kertas. Di sisi lain, ada juga yang menyebutkan bahwa penggunaan kertas dipelopori oleh bangsa Cina. Pada saat itu, Tsai Lun, seorang tionghoa yang hidup pada zaman dinasti Han (abad 1–2 Masehi ), membuat sebuah kertas dari kulit kayu murbei. Temuannya itu membuat Tsai Lun menjadi salah satu dari 7 orang yang paling berpengaruh di dunia. Di Indonesia sendiri penggunaan kertas mulai populer di Ponorogo sekitar abad ke-7. Bangsa Indonesia pada saat itu membuat kertas dari kulit kayu sebagai media untuk menulis dan mempelajari ilmu agama. Setelah itu mulai berkembanglah pabrik-pabrik pembuatan kertas. Diawali pada tahun 1210, misalnya, didirikan pabrik kertas pertama di Genoa. Kemudian, pada tahun 1390 didirikan juga pabrik kertas di Numberg yang masih bising dan berbau. Jumlah pabrik kertas (di jerman) pun bertambah banyak hingga 250 pada tahun 1575 dan bertambah lagi menjadi 1000 pada tahun 1775. Kemudian muncullah ide cemerlang dari Charles Fenerty pada tahun 1844 untuk membuat kertas benar-benar berwarna putih seperti kertas-kertas yang sering kita gunakan untuk menulis. Tidak hanya berwarna putih saja, saat ini Xerox, salah satu perusahaan fotokopi pertama yang didirikan di dunia dan berada di Amerika Serikat, sedang mengebangkan errasable paper, kertas yang dapat menjadi putih dan bersih kembali seperti sedia kala setelah digunakan. Errasable paper dapat digunakan kembali sehingga dapat menghemat penggunaan kertas. Bayangkan, perlu waktu berabad-abad untuk mendapatkan lembaran kertas yang biasa kita jumpai saat ini.
Di era teknologi canggih seperti saat ini, kertas bukanlah satu-satunya media yang bisa kita gunakan untuk menulis. Kita bisa menggunakan media lain untuk menulis seperti komputer, telfon seluler, dan blog atau website pribadi. Namun, hal itu tidak membuat pamor kertas menurun. Ada manfaat lain dari kertas yang apabila kita gali dan pelajari lebih lanjut akan bermanfaat bagi keberlangsungan hidup umat manusia. Salah satu manfaat kertas yang terpendam itu berhasil ditemukan dengan sukses oleh Prof. Liangbing Hu, seorang associate professor dari Universitas Maryland, sebuah universitas negeri berbasis riset ternama di College Park, Maryland, Amerika Serikat. Beliau menyadari bahwa efek buram yang dimiliki oleh kertas ternyata dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan efisiensi sel surya, alat semikonduktor yang dapat mengubah cahaya matahari menjadi energi listrik. Bagaimana bisa?
Ide Prof. Liangbing Hu sebenarnya sangat sederhana. Sel surya memerlukan suatu pelapis yang bisa meneruskan cahaya matahari yang datang dan menyebar cahaya tersebut pada seluruh permukaan sel surya sehingga daerah serapannya menyeluruh. Oleh karena itu, sel surya memerlukan sebuah pelapis yang memiliki persentase transmitansi yang tinggi untuk meneruskan cahaya yang masuk juga sedikit efek buram untuk menyebarkan cahaya tersebut ke seluruh permukaan sel surya melalui efek pembiasan. Pelapis itu adalah kertas. Tentunya kertas yang dimaksud di sini adalah kertas yang memiliki karakteristik khusus. Kuncinya ada pada bagaimana mengatur transparansi pada kertas sehingga kita bisa mendapatkan kertas yang memiliki persentase transmitansi yang tinggi namun masih memiliki efek buram. Untuk mendapatkan kertas yang seperti itu, Prof. Liangbing Hu membuat serat cellulose di dalam kertas menjadi berukuran nano menggunakan aplikasi nanofibrillar cellulose (NFC) karena semakin kecil ukuran serat, semakin transparan kertas tersebut, semakin besar persentase transmitansi kertas.
Ide Prof. Liangbing Hu sebenarnya sangat sederhana. Sel surya memerlukan suatu pelapis yang bisa meneruskan cahaya matahari yang datang dan menyebar cahaya tersebut pada seluruh permukaan sel surya sehingga daerah serapannya menyeluruh. Oleh karena itu, sel surya memerlukan sebuah pelapis yang memiliki persentase transmitansi yang tinggi untuk meneruskan cahaya yang masuk juga sedikit efek buram untuk menyebarkan cahaya tersebut ke seluruh permukaan sel surya melalui efek pembiasan. Pelapis itu adalah kertas. Tentunya kertas yang dimaksud di sini adalah kertas yang memiliki karakteristik khusus. Kuncinya ada pada bagaimana mengatur transparansi pada kertas sehingga kita bisa mendapatkan kertas yang memiliki persentase transmitansi yang tinggi namun masih memiliki efek buram. Untuk mendapatkan kertas yang seperti itu, Prof. Liangbing Hu membuat serat cellulose di dalam kertas menjadi berukuran nano menggunakan aplikasi nanofibrillar cellulose (NFC) karena semakin kecil ukuran serat, semakin transparan kertas tersebut, semakin besar persentase transmitansi kertas.
Penemuan Prof. Liangbing Hu tersebut sangat penting apalagi di tengah krisis energi yang saat ini tengah melanda negara-negara di berbagai belahan dunia. Kita harus mencari sumber energi alternatif lain yang bersih, ramah lingkungan, dan yang paling penting persediaannya tidak terbatas, salah satunya adalah energi matahari. Sumber energi ini sangat bersih dan berlimpah karena berasal langsung dari matahari dan sangat berpotensi apabila diterapkan di Indonesia karena letak geografis negara Indonesia yang berada di jalur khatulistiwa sehingga mendapatkan penyinaran yang maksimum. Penemuan Prof. Liangbing Hu menjadi penyempurna sel surya generasi-generasi sebelumnya. Pada generasi pertama, sel surya bekerja pada daerah sinar ultraviolet atau UV (4.5% total spektrum yang sampai ke permukaan bumi) padahal sebagian besar spektrum cahaya matahari yang sampai di permukaan Bumi berada pada jangkauan spektrum sinar tampak (visible) dan dekat inframerah, berturut-turut sebesar 43% dan 53%. Kemudian para ilmuwan mengembangkan kembali sel surya hingga diperoleh sel surya generasi ketiga seperti Dye-Sensitized Solar Cell (DSSC) yang bekerja pada daerah sinar infra merah.
Peran kertas tidak pernah luput dalam perkembangan peradaban manusia. Dulu, ketika ilmu pengetahuan masih belum terlalu berkembang dan teknologi belum terlalu canggih, kertas hanya digunakan sebagai media untuk menulis dan bertukar pesan saja. Namun, kini peran dan fungsinya berkembang semakin luas seiring dengan berkembangnya kecerdasan, pengetahuan, dan kemampuan manusia dalam mengolah dan memanfaatkan material tersebut sehingga kertas tidak hanya digunakan sebagai media menulis saja, tapi juga bisa digunakan untuk aplikasi lain yang sangat bermanfaat bagi keberlangsungan hidup umat manusia seperti pelapis sel surya. Mungkin saja di masa yang akan datang banyak ditemukan manfaat-manfaat terpendam lain dalam kertas yang bisa kita gali dan kita kembangkan. Penemunya bisa saja salah satu di antara kita. Kita sebagai generasi penerus bangsa harus bisa mengambil andil dalam mewujudkannya dan menunjukkan pada dunia bahwa ada orang indonesia yang mampu membuat kertas yang biasa menjadi sesuatu yang luar biasa dan manfaatnya bisa dinikmati oleh jutaan umat manusia di berbagai penjuru dunia.
Peran kertas tidak pernah luput dalam perkembangan peradaban manusia. Dulu, ketika ilmu pengetahuan masih belum terlalu berkembang dan teknologi belum terlalu canggih, kertas hanya digunakan sebagai media untuk menulis dan bertukar pesan saja. Namun, kini peran dan fungsinya berkembang semakin luas seiring dengan berkembangnya kecerdasan, pengetahuan, dan kemampuan manusia dalam mengolah dan memanfaatkan material tersebut sehingga kertas tidak hanya digunakan sebagai media menulis saja, tapi juga bisa digunakan untuk aplikasi lain yang sangat bermanfaat bagi keberlangsungan hidup umat manusia seperti pelapis sel surya. Mungkin saja di masa yang akan datang banyak ditemukan manfaat-manfaat terpendam lain dalam kertas yang bisa kita gali dan kita kembangkan. Penemunya bisa saja salah satu di antara kita. Kita sebagai generasi penerus bangsa harus bisa mengambil andil dalam mewujudkannya dan menunjukkan pada dunia bahwa ada orang indonesia yang mampu membuat kertas yang biasa menjadi sesuatu yang luar biasa dan manfaatnya bisa dinikmati oleh jutaan umat manusia di berbagai penjuru dunia.